Kelompok 1
Narti Sukma Ambarwati (116040152)
Adi Wisnu (116040153)
Sindy Sintya (116040154)
MITOS NYAI RORO KIDUL
Nyi Roro Kidul (Nyai Roro Kidul atau Nyai
Loro Kidul) adalah sesosok roh atau dewi legendaris Indonesia yang sangat populer di
kalangan masyarakat Pulau Jawa dan Bali.
Tokoh ini dikenal sebagai Ratu Laut
Selatan (Samudra
Hindia) dan secara umum disamakan dengan Kanjeng Ratu Kidul, meskipun beberapa kalangan
sebenarnya keduanya berbeda. Dalam mitologi Jawa, Kanjeng Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu yang mengisi alam kehidupan sebagai
Dewi Padi (Dewi Sri)
dan dewi alam yang lain. Sedangkan Nyi Roro Kidul mulanya merupakan putri Kerajaan
Sunda yang diusir
ayahnya karena ulah ibu tirinya. Dalam perkembangannya, masyarakat cenderung
menyamakan Nyi Roro Kidul dengan Kanjeng Ratu Kidul, meskipun dalam kepercayaan Kejawen,
Nyi Roro Kidul adalah bawahan setia Kanjeng Ratu Kidul. Kedudukan Nyai Loro Kidul
sebagai Ratu-Lelembut tanah Jawa menjadi motif populer dalam cerita rakyat dan
mitologi, selain juga dihubungkan dengan kecantikan putri-putri Sunda dan Jawa.
Nyai
Roro Kidul juga dikenal dengan berbagai nama yang mencerminkan berbagai kisah
berbeda dari asal-usulnya, legenda, mitologi, dan kisah turun-temurun. Ia lazim
dipanggil dengan nama Ratu Laut
Selatan dan Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Menurut adat-istiadat Jawa,
penggunaan gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti untuk menyebutnya sangat penting demi
kesopanan. Orang-orang juga menyebutnya sebagai eyang (nenek). Dalam wujud sejenis putri duyung,
ia disebut sebagai Nyai Blorong.
Terkadang orang juga menyebut namanya sebagai Nyai Loro Kidul. Bahasa Jawa loro merupakan sebuah homograf untuk "dua - 2" dan
"sakit, menderita". Sementara bahasa Jawa rara (atau roro) memiliki arti
"gadis". Seorang ortografer Belanda memperkirakan terjadinya perubahan
dari bahasa Jawa kuno roro menjadi bahasa Jawa baru loro, sehingga terjadi
perubahan arti dari "gadis cantik" menjadi "orang sakit".
Seorang ortografer Belanda memperkirakan terjadinya perubahan
dari bahasa Jawa kuno roro menjadi bahasa Jawa baru loro, sehingga terjadi
perubahan arti dari "gadis cantik" menjadi "orang sakit". Nyai
Roro Kidul juga dikenal dengan berbagai nama yang mencerminkan berbagai kisah
berbeda dari asal-usulnya, legenda, mitologi, dan kisah turun-temurun. Ia lazim
dipanggil dengan nama Ratu Laut
Selatan dan Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Menurut adat-istiadat Jawa,
penggunaan gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti untuk menyebutnya sangat penting demi
kesopanan. Orang-orang juga menyebutnya sebagai eyang (nenek). Dalam wujud sejenis putri duyung,
ia disebut sebagai Nyai Blorong.
Ø Asal-usul
Masyarakat
Sunda mengenal legenda mengenai penguasa spiritual kawasan Laut Selatan Jawa Barat
yang berwujud perempuan cantik yang disebut Nyi Rara Kidul. Legenda yang
berasal dari Kerajaan Sunda Pajajaran berumur
lebih tua daripada legenda Kerajaan Mataram Islam dari abad
ke-16. Meskipun demikian, penelitian atropologi dan kultur masyarakat Jawa dan Sunda
mengarahkan bahwa legenda Ratu Laut Selatan Jawa kemungkinan berasal dari
kepercayaan animistik prasejarah yang jauh lebih tua lagi, dewi pra-Hindu-Buddha
dari samudra selatan. Ombak samudra Hindia yang
ganas di pantai selatan Jawa, badai serta terkadang tsunaminya, kemungkinan
telah membangkitkan rasa hormat serta takut terhadap kekuatan alam, yang
kemudian dianggap sebagai alam spiritual para dewata serta lelembut yang
menghuni lautan selatan yang dipimpin oleh ratu mereka, sesosok dewi, yang
kemudian diidentifikasikan sebagai Ratu Kidul.
Ø Dewi Kandita
Salah satu
cerita rakyat Sunda menceritakan Dewi Kandita atau Kadita, putri cantik dari kerajaan Sunda Pajajaran di Jawa Barat, yang
melarikan diri ke lautan selatan setelah diguna-gunai. Guna-guna tersebut
dikeluarkan oleh seorang dukun atas perintah saingannya di istana, dan membuat
putri tersebut menderita penyakit kulit yang menjijikkan. Ia melompat ke lautan
yang berombak ganas dan menjadi sembuh serta kembali cantik. Para lelembut
kemudian mengangkatnya menjadi Ratu-Lelembut Lautan Selatan yang legendaris.[5]
Versi yang
serupa adalah Dewi Kandita, putri tunggal Raja Munding Wangi dari Kerajaan Pajajaran. Karena kecantikannya, ia dijuluki Dewi
Srêngéngé "Dewi Matahari". Meskipun mempunyai seorang putri
yang cantik, Raja Munding Wangi bersedih karena ia tidak memiliki putra yang
dapat menggantikannya sebagai raja. Raja kemudian menikah dengan Dewi Mutiara
dan mendapatkan putra dari pernikahan tersebut. Dewi Mutiara ingin putranya
dapat menjadi raja tanpa ada rintangan di kemudian hari, sehingga ia berusaha
menyingkirkan Dewi Kandita. Dewi Mutiara menghadap Raja dan memintanya untuk
menyuruh Kadita pergi dari istana. Raja berkata bahwa ia tidak akan membiarkan
siapapun yang ingin bertindak kasar pada putrinya. Mendengar jawaban itu, Dewi
Mutiara tersenyum dan berkata manis sampai Raja tidak marah lagi kepadanya.
Keesokan
harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk
memanggil seorang tukang tenung. Dia menyuruh sang dukun untuk meneluh Kadita.
Pada malam harinya, tubuh Kadita gatal-gatal dipenuhi kudis, berbau busuk dan
penuh bisul. Ia menangis tak tahu harus berbuat apa. Raja mengundang banyak
tabib untuk menyembuhkan Kandita serta sadar bahwa penyakit tersebut tidak
wajar, pasti berasal dari guna-guna. Ratu Dewi Mutiara memaksa raja mengusir
puterinya karena dianggap akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri.
Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri,
ia terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya keluar dari
negeri mereka.
Kandita pergi
berkelana sendirian tanpa tujuan dan hampir tidak dapat menangis lagi. Ia tidak
dendam kepada ibu tirinya, melainkan meminta agar Sanghyang Kersa mendampinginya dalam
menanggung penderitaan. Hampir tujuh hari dan tujuh malam, akhirnya ia tiba di
Samudera Selatan. Air samudra itu bersih dan jernih, tidak seperti samudera
lain yang berwarna biru atau hijau. Tiba-tiba ia mendengar suara gaib yang
menyuruhnya terjun ke dalam Laut Selatan. Ia melompat dan berenang, air
Samudera Selatan melenyapkan bisulnya tanpa meninggalkan bekas, malah ia
semakin cantik. Ia memiliki kuasa atas Samudera Selatan dan menjadi seorang
dewi yang disebut Nyi Roro Kidul yang hidup abadi. Kawasan Pantai Palabuhanratu secara khusus dikaitkan dengan
legenda ini.
Narti Sukma Ambarwati (116040152)
Adi Wisnu (116040153)
Sindy Sintya (116040154)
MITOS NYAI RORO KIDUL
Nyi Roro Kidul (Nyai Roro Kidul atau Nyai
Loro Kidul) adalah sesosok roh atau dewi legendaris Indonesia yang sangat populer di
kalangan masyarakat Pulau Jawa dan Bali.
Tokoh ini dikenal sebagai Ratu Laut
Selatan (Samudra
Hindia) dan secara umum disamakan dengan Kanjeng Ratu Kidul, meskipun beberapa kalangan
sebenarnya keduanya berbeda. Dalam mitologi Jawa, Kanjeng Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping Telu yang mengisi alam kehidupan sebagai
Dewi Padi (Dewi Sri)
dan dewi alam yang lain. Sedangkan Nyi Roro Kidul mulanya merupakan putri Kerajaan
Sunda yang diusir
ayahnya karena ulah ibu tirinya. Dalam perkembangannya, masyarakat cenderung
menyamakan Nyi Roro Kidul dengan Kanjeng Ratu Kidul, meskipun dalam kepercayaan Kejawen,
Nyi Roro Kidul adalah bawahan setia Kanjeng Ratu Kidul. Kedudukan Nyai Loro Kidul
sebagai Ratu-Lelembut tanah Jawa menjadi motif populer dalam cerita rakyat dan
mitologi, selain juga dihubungkan dengan kecantikan putri-putri Sunda dan Jawa.
Nyai
Roro Kidul juga dikenal dengan berbagai nama yang mencerminkan berbagai kisah
berbeda dari asal-usulnya, legenda, mitologi, dan kisah turun-temurun. Ia lazim
dipanggil dengan nama Ratu Laut
Selatan dan Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Menurut adat-istiadat Jawa,
penggunaan gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti untuk menyebutnya sangat penting demi
kesopanan. Orang-orang juga menyebutnya sebagai eyang (nenek). Dalam wujud sejenis putri duyung,
ia disebut sebagai Nyai Blorong.
Terkadang orang juga menyebut namanya sebagai Nyai Loro Kidul. Bahasa Jawa loro merupakan sebuah homograf untuk "dua - 2" dan
"sakit, menderita". Sementara bahasa Jawa rara (atau roro) memiliki arti
"gadis". Seorang ortografer Belanda memperkirakan terjadinya perubahan
dari bahasa Jawa kuno roro menjadi bahasa Jawa baru loro, sehingga terjadi
perubahan arti dari "gadis cantik" menjadi "orang sakit".
Seorang ortografer Belanda memperkirakan terjadinya perubahan
dari bahasa Jawa kuno roro menjadi bahasa Jawa baru loro, sehingga terjadi
perubahan arti dari "gadis cantik" menjadi "orang sakit". Nyai
Roro Kidul juga dikenal dengan berbagai nama yang mencerminkan berbagai kisah
berbeda dari asal-usulnya, legenda, mitologi, dan kisah turun-temurun. Ia lazim
dipanggil dengan nama Ratu Laut
Selatan dan Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Menurut adat-istiadat Jawa,
penggunaan gelar seperti Nyai, Kanjeng, dan Gusti untuk menyebutnya sangat penting demi
kesopanan. Orang-orang juga menyebutnya sebagai eyang (nenek). Dalam wujud sejenis putri duyung,
ia disebut sebagai Nyai Blorong.
Ø Asal-usul
Masyarakat
Sunda mengenal legenda mengenai penguasa spiritual kawasan Laut Selatan Jawa Barat
yang berwujud perempuan cantik yang disebut Nyi Rara Kidul. Legenda yang
berasal dari Kerajaan Sunda Pajajaran berumur
lebih tua daripada legenda Kerajaan Mataram Islam dari abad
ke-16. Meskipun demikian, penelitian atropologi dan kultur masyarakat Jawa dan Sunda
mengarahkan bahwa legenda Ratu Laut Selatan Jawa kemungkinan berasal dari
kepercayaan animistik prasejarah yang jauh lebih tua lagi, dewi pra-Hindu-Buddha
dari samudra selatan. Ombak samudra Hindia yang
ganas di pantai selatan Jawa, badai serta terkadang tsunaminya, kemungkinan
telah membangkitkan rasa hormat serta takut terhadap kekuatan alam, yang
kemudian dianggap sebagai alam spiritual para dewata serta lelembut yang
menghuni lautan selatan yang dipimpin oleh ratu mereka, sesosok dewi, yang
kemudian diidentifikasikan sebagai Ratu Kidul.
Ø Dewi Kandita
Salah satu
cerita rakyat Sunda menceritakan Dewi Kandita atau Kadita, putri cantik dari kerajaan Sunda Pajajaran di Jawa Barat, yang
melarikan diri ke lautan selatan setelah diguna-gunai. Guna-guna tersebut
dikeluarkan oleh seorang dukun atas perintah saingannya di istana, dan membuat
putri tersebut menderita penyakit kulit yang menjijikkan. Ia melompat ke lautan
yang berombak ganas dan menjadi sembuh serta kembali cantik. Para lelembut
kemudian mengangkatnya menjadi Ratu-Lelembut Lautan Selatan yang legendaris.[5]
Versi yang
serupa adalah Dewi Kandita, putri tunggal Raja Munding Wangi dari Kerajaan Pajajaran. Karena kecantikannya, ia dijuluki Dewi
Srêngéngé "Dewi Matahari". Meskipun mempunyai seorang putri
yang cantik, Raja Munding Wangi bersedih karena ia tidak memiliki putra yang
dapat menggantikannya sebagai raja. Raja kemudian menikah dengan Dewi Mutiara
dan mendapatkan putra dari pernikahan tersebut. Dewi Mutiara ingin putranya
dapat menjadi raja tanpa ada rintangan di kemudian hari, sehingga ia berusaha
menyingkirkan Dewi Kandita. Dewi Mutiara menghadap Raja dan memintanya untuk
menyuruh Kadita pergi dari istana. Raja berkata bahwa ia tidak akan membiarkan
siapapun yang ingin bertindak kasar pada putrinya. Mendengar jawaban itu, Dewi
Mutiara tersenyum dan berkata manis sampai Raja tidak marah lagi kepadanya.
Keesokan
harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk
memanggil seorang tukang tenung. Dia menyuruh sang dukun untuk meneluh Kadita.
Pada malam harinya, tubuh Kadita gatal-gatal dipenuhi kudis, berbau busuk dan
penuh bisul. Ia menangis tak tahu harus berbuat apa. Raja mengundang banyak
tabib untuk menyembuhkan Kandita serta sadar bahwa penyakit tersebut tidak
wajar, pasti berasal dari guna-guna. Ratu Dewi Mutiara memaksa raja mengusir
puterinya karena dianggap akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri.
Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri,
ia terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya keluar dari
negeri mereka.
Kandita pergi
berkelana sendirian tanpa tujuan dan hampir tidak dapat menangis lagi. Ia tidak
dendam kepada ibu tirinya, melainkan meminta agar Sanghyang Kersa mendampinginya dalam
menanggung penderitaan. Hampir tujuh hari dan tujuh malam, akhirnya ia tiba di
Samudera Selatan. Air samudra itu bersih dan jernih, tidak seperti samudera
lain yang berwarna biru atau hijau. Tiba-tiba ia mendengar suara gaib yang
menyuruhnya terjun ke dalam Laut Selatan. Ia melompat dan berenang, air
Samudera Selatan melenyapkan bisulnya tanpa meninggalkan bekas, malah ia
semakin cantik. Ia memiliki kuasa atas Samudera Selatan dan menjadi seorang
dewi yang disebut Nyi Roro Kidul yang hidup abadi. Kawasan Pantai Palabuhanratu secara khusus dikaitkan dengan
legenda ini.
Look at the way my buddy Wesley Virgin's autobiography launches with this shocking and controversial video.
BalasHapusYou see, Wesley was in the military-and shortly after leaving-he found hidden, "self mind control" secrets that the CIA and others used to get whatever they want.
THESE are the EXACT same tactics tons of famous people (notably those who "come out of nowhere") and elite business people used to become rich and successful.
You probably know that you only use 10% of your brain.
Mostly, that's because most of your brain's power is UNCONSCIOUS.
Perhaps that expression has even taken place INSIDE OF YOUR own brain... as it did in my good friend Wesley Virgin's brain about seven years ago, while riding an unregistered, beat-up garbage bucket of a car with a suspended driver's license and with $3.20 on his bank card.
"I'm very fed up with going through life payroll to payroll! Why can't I become successful?"
You've taken part in those questions, am I right?
Your very own success story is waiting to happen. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.
Learn How To Become A MILLIONAIRE Fast